Menurut Vidler, kliennya dicegat pria tak dikenal di Hong Kong yang kemudian mengambil paspor mereka. Tak hanya itu, mereka juga sempat ditipu untuk naik penerbangan ke Saudi, namun tak jadi.
Selama di Hong Kong, lanjut Vidler, Reem dan Rawan terpaksa berganti lokasi hingga 13 kali karena mengkhawatirkan keselamatan mereka. Kepolisian Hong Kong pernah mencoba membawa mereka untuk bertemu dengan perwakilan Saudi, namun digagalkan.
"Kami melarikan diri dari rumah untuk memastikan keselamatan. Kami berharap bisa mendapat suaka di negara yang mengakui hak-hak perempuan dan memperlakukan kami secara setara," kata pasangan itu, dalam pernyataan yang disampaikam Vidler, dikutip dari AFP, Jumat (22/2/2019).
Kelompok hak asasi migran yang membantu Reem dan Rawan, Justice Center Hong Kong, menyatakan, kedua bersaudara itu mengalami kekerasan berlatar belakang gender.
Konsulat Saudi di Hong Kong sejauh ini belum memberikan komentar soal kasus Reem dan Rawan.
Pada bulan lalu, kasus Rahaf menjadi perhatian dunia. Remaja 18 tahun itu melarikan diri dari Saudi melalui Kuwait. Namun dalam penerbangan ke Australia, Rahaf tertahan di Thailand karena dokumen perjalanannya disita petugas konsulat Saudi di Bangkok.
Upaya deportasi oleh imigrasi Thailand mendapat perlawanan hingga kasus ini menjadi perhatian dunia setelah Rahaf mengumbar masalahnya di Twitter. Meski tak jadi ke Australia, dia diterima di Kanada.