4. Ancaman Keluar dari Perjanjian NPT
Iran juga memperingatkan akan mengambil langkah lebih ekstrem jika tekanan dan sanksi terus dijatuhkan.
Juru bicara Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran, Ebrahim Rezaei, menyatakan bahwa Teheran bisa saja keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) dan mulai memperkaya uranium di atas 60 persen.
Langkah ini akan menjadi sinyal keras bahwa Iran siap meninggalkan semua batasan hukum internasional terkait program nuklirnya.
5. Iran Buka Ruang Dialog, tapi Tanpa AS
Menariknya, di tengah ketegangan, Iran tetap membuka ruang perundingan. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa negaranya tidak menutup pintu diplomasi, namun dengan syarat baru.
Iran akan kembali ke meja perundingan, tapi tanpa melibatkan Amerika Serikat secara langsung. Dalam waktu dekat, Iran akan bertemu dengan tiga negara Eropa (E3), Inggris, Prancis, dan Jerman, dalam pembicaraan tingkat wakil menteri luar negeri di Istanbul, Turki.
Langkah ini diambil setelah E3 mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Iran enggan berunding kembali.
Meski dibombardir dan fasilitas nuklirnya rusak parah, Iran tetap melanjutkan program nuklir dengan alasan nasionalisme, kemandirian teknologi, dan strategi politik. Konflik ini menunjukkan bahwa bagi Teheran, program nuklir bukan semata soal energi, melainkan identitas dan kedaulatan negara.