MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan bersikeras melanjutkan operasi militer di Ukraina meski mendapat tekanan keras dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Putin disebut bertekad merebut empat wilayah utama di Ukraina sebelum bersedia membahas gencatan senjata.
Menurut laporan Reuters yang dikutip Kamis (7/8/2025), sejumlah sumber pejabat Rusia mengatakan Putin hanya akan mempertimbangkan perundingan damai setelah Rusia sepenuhnya menguasai Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, empat wilayah Ukraina yang sejak awal diklaim Moskow sebagai bagian dari Federasi Rusia.
“Putin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan memperbaiki hubungan dengan Barat, tapi dia juga tidak akan mundur dari target utamanya,” kata salah satu pejabat, yang mengikuti diskusi internal Kremlin.
Sinyal Keras untuk Trump
Langkah ini menjadi respons atas ultimatum Trump yang memberi waktu 10 hari kepada Rusia untuk menyepakati gencatan senjata, dengan ancaman sanksi baru jika tidak dipenuhi. Batas waktu tersebut jatuh pada Jumat (8/8/2025).
Namun Kremlin menanggapi dingin ancaman tersebut. Putin menilai Rusia mampu bertahan terhadap tekanan ekonomi eksternal, setelah tiga setengah tahun hidup di bawah sanksi Barat sejak invasi dimulai pada awal 2022.
Tak Ingin Musuhi Trump, tapi...
Sumber lain menyebutkan Putin sebenarnya tidak ingin memperburuk hubungan dengan Trump secara pribadi, terutama setelah peluang terbuka untuk mencairkan ketegangan antara Rusia dan AS pasca terpilihnya Trump kembali.
Namun demikian, prioritas utama Putin tetap pada penyelesaian tujuan operasi militer khusus, yakni konsolidasi penuh atas empat wilayah timur dan selatan Ukraina.