Dia mengaitkan tuduhan AS itu dengan memanasnya konflik kedua negara sejak Mei 2018, ditandai dengan keluarnya AS dari kesepakatan nuklir tahun 2015. Sejak itu, AS memberlakukan sanksi baru yang memukul perekonomian Iran.
Di saat bersamaan, eskalasi di Selat Hormuz meningkat dengan penyerangan dan penyitaan kapal-kapal tanker Barat serta milik negara Asia serta penembakan drone AS.
Mousavi melanjutkan tuduhan atas serangan fasilitas Aramco merupakan bentuk keputusasaan AS yang gagal memberikan tekanan maksimum atas Iran.
“Amerika telah melakukan kebijakan 'tekanan maksimum' yang tampaknya berubah menjadi 'kebohongan maksimum' karena kegagalan mereka," kata Mousavi.
Sebelumnya, pemberontak Houthi Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan dua fasilitas minyak Saudi. Melalui stasiun televisi yang dikelola Houthi, Al Masirah, mereka menyiapkan 10 drone untuk menyerang fasilitas minyak.