AS sudah keluar dari perjanjian nuklir tersebut pada tahun lalu dan memberlakukan kembali sanksinya terhadap Iran. Iran kemudian mengancam untuk secara bertahap menarik diri dari perjanjian nuklir tersebut jika mitra dalam perjanjian—Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia—tidak membantunya untuk menghindari sanksi AS.
"Tidak akan sampai lama kita melewati batas 300 kg uranium yang diperkaya dalam kadar rendah. Jadi, lebih baik bagi pihak lain untuk melakukan apa yang perlu dilakukan," katanya, merujuk pada langkah-langkah oleh kekuatan lain untuk melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS.
Kamalvandi menambahkan bahwa Iran tidak berniat untuk keluar dari perjanjian itu.
Ali Fathollah-Nejad, peneliti di Brookings Institute di Doha, menggambarkan langkah Iran untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya dalam kadar rendah itu sebagai upaya bertahap oleh Iran untuk membangun kembali jenis pengaruh yang dimilikinya ketika melakukan negosiasi dengan AS pada 2012.
"Ini ditujukan untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional, khususnya AS, bahwa Iran tidak berada dalam posisi lemah. Namun, ini juga merupakan upaya yang berisiko, karena dapat membahayakan dukungan politik dan diplomatik yang hingga saat ini diterima Iran dari Eropa," ujarnya.