TEHERAN, iNews.id - Fakta baru terungkap terkait korban tewas dalam aksi demonstrasi berdarah di Iran pada November 2019. Salah seorang anggota parlemen menyebut korban jiwa mencapai 200 orang lebih.
Dimulai pada 15 November 2019, Iran dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran selama enam hari di puluhan kota. Aksi protes yang awalnya menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan cepat berubah menjadi tuntutan pergantian rezim pemerintah.
Aksi yang awalnya damai berujung anarkis, pemerintah Iran menduga ada kepentingan besar yang menunggangi aksi tersebut. Guna mencegah demonstrasi tersebut meluas, pemerintah Iran membatas akses internet serta memberlakukan jam malam.
Otoritas keamanan Iran menyatakan korban tewas dalam demonstrasi berdarah tersebut mencapai 106 orang. Namun, menurut PBB dan Amnesty International meyakini jumlah korban tewas bisa lebih tinggi.
Setengah tahun berlalu, seorang anggota parlemen senior Iran mengungkap jumlah korban tewas dalam demonstrasi menolak kenaikan harga BBM mencapai 230 orang.
"Selama peristiwa ini, 230 orang tewas, enam diantaranya adalah agen resmi dan pasukan keamanan," kata Motjaba Zolnour, Kepala Komite Keamanan Nasional dan Urusan Luar Negeri Parlemen Iran kepada kantor berita IRNA seperti dikutip dari AFP.
"Dua puluh persen dari mereka (yang tewas) merupakan pasukan penjaga ketertiban dan perdamaian, serta tujuh persen lainnya adalah mereka yang tewas dalam konfrontasi langsung dengan pasukan keamanan," lanjutnya.