Iran enggan mendukung resolusi itu seraya menegaskan akan membalas dengan cara yang sama.
Setelah mendapat kritik di Dewan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran meningkatkan aktivitas nuklirnya semnbari mengurangi tingkat pengawasan IAEA.
Sementara itu China, Rusia, dan Burkina Faso ikut menentang resolusi tersebut. Namun suara yang mendukung resolusi tersebut lebih dominan ketimbang yang menentang dan abstain, yakni 19 negara mendukung dan 12 lainnya abstain.
Resolusi tersebut sebenarnya pengulangan dari resolusi pada November 2022 yakni "sangat penting dan mendesak" bagi Iran untuk menjelaskan jejak uranium dan memberi izin IAEA mengambil sampel seperlunya. Resolusi pada Juni tahun ini juga berisi hal yang sama.
Namun pada draf yang baru, IAEA diminta untuk mengeluarkan penilaian yang komprehensif dan terkini mengenai kemungkinan keberadaan atau penggunaan material nuklir yang tidak dideklarasikan, sehubungan dengan berbagai isu yang belum terselesaikan di masa lalu dan saat ini mengenai program nuklir Iran, termasuk laporan lengkap tentang kerja sama Iran dengan IAEA.
Portal berita AS Axios pekan lalu melaporkan, serangan udara Israel terhadap Iran pada akhir Oktober menghancurkan fasilitas penelitian senjata nuklir rahasia yang disebut masih aktif.
Fasilitas yang berada di kompleks militer Parchin itu disebut memengaruhi kemampuan Iran untuk melanjutkan penelitian senjata nuklir. Lokasi itu diyakini bagian dari program senjata nuklir Amad Iran yang telah dihentikan Teheran pada 2003.