Israel pada Rabu kemarin juga mengerahkan tank untuk menyerang jantung Kota Rafah, memicu pertempuran sengit. Mereka memasuki jantung kota untuk pertama kali pada Selasa lalu meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional (ICJ) untuk segera menghentikan operasi di kota padat pengungsi tersebut.
Penduduk Rafah mengatakan, tank-tank Israel bergerak ke Tel Al Sultan, Yibna, dan dekat Shaboura sebelum mundur menuju zona penyangga di perbatasan dengan Mesir. Mereka tidak bertahan seperti yang dilakukan dalam serangan lainnya.
“Kami mendapat panggilan darurat dari warga di Tel Al Sultan di mana drone menargetkan warga yang mengungsi saat pindah dari daerah tempat mereka tinggal menuju lokasi aman,” kata Haitham Al Hams, wakil direktur ambulans dan layanan darurat Rafah.
ICJ menilai Israel belum bisa menjelaskan bagaimana mereka menjamin keamanan bagi pengungsi yang meninggalkan Rafah, termasuk penyediaan makanan, air, dan obat-obatan.
Namun, alih-alih melindungi pengungsi, pasukan Zionis justru membantai mereka yang berlindung di tenda-tenda penampungan sejak akhir pekan lalu. Sedikitnya 65 orang tewas dalan serangan di Tal Al Sultan dan zona kemanusiaan Al Mawasi.
Pejabat kesehatan Palestina meyebut, 19 warga sipil tewas dalam serangan udara dan penembakan Israel di Gaza. Israel berdalih mengincar para pejuang Hamas yang bersembunyi di antara warga sipil. Alasan klasik pasukan Zionis yang dibantah Hamas.