Sementara itu jejak kaki manusia ditemukan oleh ahli Jerman dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia yang juga penulis studi, Mathew Stewart. Dia mengatakan, jejak kaki itu ditemukan dalam penelitian gelar doktornya pada 2017. Saat itu baru terjadi erosi sedimen di sebuah danau kuno yang dijuluki 'Alathar' atau berarti jejak.
"Jejak kaki merupakan bentuk unik dari bukti fosil yang memberikan gambaran tepat di waktunya, biasanya mewakili beberapa jam atau hari, resolusi yang cenderung tidak kami dapatkan dari catatan lain," katanya.
Waktu penemuan sidik jari ditentukan menggunakan teknik pendaran terstimulasi optik, yakni pancaran cahaya pada butiran kuarsa untuk mengukur jumlah energi yang dipancarkan.
Total ada tujuh dari ratusan cetakan jejak kaki yang diidentifikasi sebagai hominin. Dari orientasinya, yakni jarak satu sama lain serta perbedaan ukuran, diperkirakan jejak kaki itu berasal dari dua atau tiga orang yang sedang bepergian bersama.
Para peneliti berpendapat jejak itu milik manusia modern. Ini menunjukkan para nenek moyang telah hadir di Timur Tengah pada saat itu.
"kita tahu bahwa manusia mengunjungi danau ini di saat bersamaan dengan hewan. Tidak seperti biasanya, di daerah tersebut tidak ada peralatan batu," kata Stewart, mengindikasikan bahwa manusia membuat permukiman jangka panjang di sana.
"Tampaknya orang-orang ini mengunjungi danau untuk mencari sumber air dan hanya untuk mencari makan pada saat yang sama dengan hewan," ujarnya, seraya menjelaskan hewan-hewan itu diburu untuk dimakan.