WASHINGTON DC, iNews.id – Pemerintah AS menilai jumlah pasukan yang ditempatkan Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan, saat ini sudah cukup untuk melancarkan operasi darat skala penuh dalam beberapa hari mendatang. Hal itu diungkapkan oleh laporan CNN yang mengutip sejumlah pejabat senior Amerika, awal pekan ini.
Sampai kini, masih belum jelas bagi para pejabat itu apakah Israel bakal memutuskan untuk melancarkan serangan skala penuh. Jika itu terjadi, mereka menganggap tindakan Tel Aviv tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap Presiden AS Joe Biden. Pasalnya, Biden sendiri telah memperingatkan para pemimpin zionis agar tidak melakukan operasi militer semacam itu di Rafah.
Dalam artikel yang dimuat pada Senin (13/5/2024) itu, CNN melaporkan bahwa Pemerintahan Biden juga khawatir bahwa Israel belum membuat persiapan apa pun untuk penataan kembali Jalur Gaza pascaperang. Sementara pemerintah zionis berkeras meneruskan perang di wilayah kantong Palestina itu sampai tujuan mereka tercapai, yaitu melenyapkan Hamas.
Senin (6/5/2024) pekan lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai menempatkan pasukan daratnya di timur Rafah. Militer zionis juga menguasai pos perbatasan Rafah dengan Mesir yang berada di sisi Jalur Gaza.
Pada Jumat (10/5/2024), media Israel melaporkan bahwa kabinet perang PM Benjamin Netanyahu telah menyetujui perluasan operasi darat di Rafah. Pihak berwenang Israel berdalih, operasi tersebut bertujuan untuk melenyapkan sisa batalion pejuang Hamas di Jalur Gaza.