Hamidin
Mantan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT, Pengamat Terorisme
BAGI yang aktif mengikuti perkembangan dan dinamika situasi keamanan di Gaza selalu ada berita menarik untuk dibaca, dibahas, dan didiskusikan, khususnya pasca-penyerbuan Rumah Sakit Al Shifa beberapa hari lalu. Kali ini penulis mendapat berita dari seorang sahabat, pengamat media dari Turki.
Dia menganalisis tulisan dari kantor berita Anadolu Ajansi berjudul, "Israil ordususun - Hamas Karargahi - oldugunu savundugu Sifa Hastanesinden sundugu - Kanitlar - elestru Konusu Oldu". Arti sederhana topik ini adalah "Bukti yang Dihadirkan Tentara Israel dari Rumah sakit Al Shifa yang Diklaim sebagai Markas Besar Hamas telah Menjadi Sasaran Kritik...". Karena topiknya "Sasaran Kritik", penulis jadi ikut tertarik untuk membahas hal tersebut.
Semua pihak, baik pro-Israel maupun pro-Hamas, yang sempat melihat gambar-gambar yang disajikan tentara Israel beberapa saat setelah penyerbuan, kalau mau jujur, sungguh tidak puas. Alasannya gambar-gambar dan video yang ditampilkan tidaklah memberikan hasil yang dapat meyakinkan penonton tentang siatuasi sebenarnya secara real-time. Antara isi dan judul berita sangat tidak sinkron.
Misalnya, berita setelah rumah sakit dikepung, dibarikade oleh tank-tank, rumah sakitnya dinyatakan ditutup untuk dunia luar serta klaim bahwa senjata dan perangkat elektronik telah disita dari dalam perangkat pencitraan resonansi magnetik (MRI). Dilihat dari video yang beredar, dipastikan penonton akan berasumsi bahwa situasi dalam video itu sebagai sesuatu yang mengada-ada.
Demkian juga dengan komputer, buku, serta video tentang setengah kotak buah kurma, 10 pucuk senapan AK, rompi, dan granat tangan yang diberitakan sebagai barang bukti milik Hamas, juga tidak akan bisa meyakinkan publik. Sulit juga diterima nalar dan akal sehat. Apalagi sebagian besar peralatan itu dalam kondisi kusam sudah berkarat, tidak sebagaimana senjata yang standby, siap tempur, di markas militer.
Gambar-gambar yang diklaim Israel tersebut tidak ada satu pun yang menunjukan kepada suatu bukti yang pasti, seperti katanya ada terowongan rahasia bawah tanah dan ada tahanan khusus untuk orang Israel yang betul-betul menjelaskan bahwa itulah markas besar Hamas.
Seorang analis keamanan merangkap jurnalis Isreal, Yossi Cohen, menganggap Israel sudah memberi cap, stigma, dan prasangka buruk terhadap rumah sakit yang sejatinya merupakan tempat penyelamatan darurat bagi ribuan nyawa manusia. Bahkan media TV Israel, Channel 13, pun secara jelas memberitakan dan menganggap "Inilah kegagalan besar intelijen Israel" karena bertentangan dengan klaim selaman ini dan tidak adanya indikasi apa pun bahwa ada fasilitas militer Hamas di dalam RS Al Shifa.
Atas berita dan kritik yang tersebar luas di media massa, baik di luar (masyarakat global) maupun dalam negeri Israel, tentang analisis bahwa di dalam sana ada 'markas Besar', timbul pertanyaan, di manakah tentara Hamas saat penyergapan itu? Apakah mereka terkepung dan tertangkap? Kalau iya, mana mereka? Atau mereka lari dan ditangkap pasukan artileri di lini atau barikade luar? Itu pun, mana?
Ini perlu dijelaskan dan dijawab. Karena sebelumnya intelijen militer Israel secara meyakinkan telah mengklaim bahwa ada 200 anggota Hamas yang melakukan penyerangan pada 7 Oktober 2023 lalu di dalam rumah sakit itu. Juga Israel sempat menjelaskan bahwa saat penyerbuan, Rumah Sakit Al Shifa tersebut ada lima anggota Hamas terbunuh di luar rumah sakit, padahal menurut banyak saksi dari dalam rumah sakit, tidak ada kontak tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah sakit itu.
Protes keras juga disampaikan seorang politikus dan peneliti Palestina Mustafa Bergusi yang memberikan penilaian bahwa "Israel adalah induk dari segala skandal".
Benarkah Target Israel Sebetulnya Bukan Hamas tapi Populasi?
Setelah banyak dicemooh dan menjadi sasaran kritik keras, tentara Israel kemudian membuat posting-an baru dengan versi lebih Panjang dari posting-an yang dirilis sebelumnya. Bedanya, kalau postingan terdahulu berisi banyak gambar, maka video terbaru kali ini lebih banyak memuat komentar-komentar umum yang dibuat dan dihimpun juru bicara militer Israel.
Sampai posting-an yang terbaru dirilis, tentara Israel ternyata belum juga bisa menunjukan bukti yang mendukung klaim mereka bahwa RS Al Shifa adalah benar markas utama Hamas.
Hal menarik lainnya, yang dihimpun dari dari banyak saksi yang berada di dalam rumah sakit saat penyerbuan, terowongan yang sering diberitakan Israel berada persis di bawah rumah sakit, ternyata itu tidak ada. Pada 28 Oktober, mungkin semua masih ingat, dalam sebuah posting-an di akun media sosial X, tentara Israel mengklaim bahwa Rumah Sakit Al Shifa adalah pusat komando utama yang digunakan oleh Hamas untuk "kegiatan teroris". Di dalamnya menunjukkan adanya ruang pusat komando dan terowongan di bawah rumah sakit.
Tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) juga menyatakan, di terowongan itu mungkin ada 240 tahanan, ternyata juga tidak benar. Pada penetrasi besar-besaran terhadap RS Al Shifa, Israel tidak menemukan itu.