Korban meninggal diketahui bernama Pyae Sone Win Maung.
"Dia meminta saya untuk tidak menelepon ketika sedang mengemudi," kata ayah korban meninggal, Htay Win Maung, dikutip dari AFP.
Dia dan istrinya sangat terpukul ketika mendengar kabar tersebut. Anaknya masih berusia 28 tahun.
"Itu terakhir kali kami bicara,” ujar Maung.
Juru bicara militer Zaw Min Tun mengonfirmasi tewasnya pengemudi kendaraan PBB.
Sementara korban yang luka, Aung Myo Oo, dievakuasi ke rumah sakit di ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe.
Pertempuran antara militer dengan pemberontak kembali pecah sejak beberapa pekan terakhir sejak pemerintah menyebut Angkatan Bersenjata Arakan sebagai kelompok teroris.
Badan PBB yang mengurus pengungsi menyayangkan langkah Pemerintah Myanmar mematikan akses internet yang menghambat arus informasi, sehingga membuka peluang meningkatnya kekerasan karena tak adanya pemantauan dari luar.
Kelompok lobi Fortify Rights pada Selasa mendesak digelaranya penyelidikan independen untuk mengungkap serangan tersebut serta menyerukan kepada pemerintah untuk segera memberikan akses kemanusiaan ke daerah tersebut.