"Kami melihat rumah serupa di samping yang ada tanda dijual. Makelar kami masih baru, dia masih muda dan tidak tahu apa-apa tentang sejarah rumah itu. Kami meminta untuk melihat ke dalam, jadi dia pergi untuk mengatur pertemuan," ujarnya.
Dalam perjalanan pulang, William melakukan riset online hingga menemukan artikel kasus pembunuhan di rumah itu. Bukan apa-apa, dai sudah curiga mengapa rumah sebesar itu dijual dengan harga miring. Namun artikel itu justru memacu dirinya untuk cepat-cepat membelinnya.
"Ketika kami mendapati kejahatan terjadi di rumah itu, saya menjadi bersemangat. Sebagai penggemar sejati buku kriminal, hal semacam ini menarik minat saya. Saya langsung ingin tinggal di rumah itu," katanya.
Barbara pun berpikir yang sama, mengenyampingkan masa lalu rumah itu dan mementingkan kebutuhan.
"Ini adalah rumah dupleks dengan unit lantai atas dan bawah, sehingga bisa menampung ibunya. Harganya murah: 226.000 dolar AS. Beberapa tahun sebelumnya harganya mencapai 560.000 dolar. Kami tidak pernah takut tentang pembunuhan itu, tidak sedikit pun. Ibu Barbara juga tidak, sama sekali tidak mengganggunya. Dia selalu bercanda, kalau saya meninggal, makamkan saya di halaman belakang," kata William.
Dia melanjutkan, saat membeli rumah banyak bagian yang sudah direnovasi, namun lantainya masih asli. Puente tinggal di lantai atas dan kamar tidurnya digunakan sebagai kamar tamu. Justru kamar tidur William dan Barbara adalah ruangan yang sebelumnya digunakan untuk menaruh mayat korban Puente. Saat itu fungsinya adalah gudang.