"Dia bertanya pada saya, apakah saya percaya Tuhan. Dan dia paham dan menerimanya, sekali pun dia sendiri bukan orang yang relijius," kata Habibie, tentang Helmut Schmidt.
Kedekatan Habibie dengan Jerman memang bukan rahasia. Dia bahkan pernah dituding memiliki kewarganegaraan Jerman. Yang benar adalah, dia dianugerahi gelar Warga Kehormatan oleh pemerintah Jerman.
Pada 1960-an, Habibie turut mengembangkan beberapa tipe pesawat Jerman, di antaranya Hansajet HFB 320, dan meniti karier dengan cepat di perusahaan dirgantara MBB, cikal bakal raksasa digantara Eropa, Airbus.
Habibie kemudian dipanggil Soeharto kembali ke Indonesia untuk menangani bidang riset dan teknologi. Kedekatannya dengan pemimpin otoriter itu membuat dia sering jadi sasaran kritik kalangan pro-demokrasi.
Habibie sempat bercerita tentang impian besar dia dengan "guru intelektual"-nya Helmut Schmidt.
"Kami ingin membangun jembatan antara Eropa dan Asia Tenggara. Itulah impian kami, dan kami bekerja untuk itu."
Kini Bacharuddin "Rudy" Jusuf Habibie telah pergi menyongsong istri terkasih, Ainun. Sang pembangun jembatan dan pembuka pintu demokratisasi terasa meninggalkan kekosongan, di tengah kebisingan riuh rendah panggung politik Indonesia.