"Amerika Serikat dan sekutu kami siap untuk kembali terlibat di semua level untuk membela kepentingan Amerika kapan pun diperlukan, dan kami akan terus bekerja sama untuk menolak wilayah teroris radikal, pendanaan, dukungan," ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS sedang mengevakuasi semua personelnya dari Suriah dalam 24 jam.
Sekitar 2.000 tentara AS membantu 'membersihkan' ISIS dari timur Suriah, meski masih ada di beberapa wilayah kantong.
Banyak pasukan AS yang tersisa di Suriah adalah pasukan operasi khusus yang bekerja erat dengan aliansi milisi Kurdi dan Arab yang dikenal sebagai Pasukan Demokratis Suriah, atau SDF.
Kemitraan dengan SDF selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kekalahan ISIS di Suriah, tetapi juga telah membuat marah sekutu NATO Turki, yang melihat pasukan Kurdi YPG sebagai perpanjangan dari kelompok militan yang bertempur di Turki.
Pertimbangan menarik pasukan AS datang karena Turki mengancam serangan baru di Suriah. Hingga saat ini, pasukan AS di Suriah dianggap sebagai faktor stabilisasi di negara tersebut dan sedikit menahan tindakan Turki terhadap SDF.
Penarikan lengkap pasukan AS dari Suriah masih akan meninggalkan kehadiran militer AS yang cukup besar di kawasan itu, termasuk sekitar 5.200 tentara di seluruh perbatasan di Irak. Sebagian besar kampanye AS di Suriah telah dilancarkan oleh pesawat-pesawat tempur yang terbang keluar dari Qatar dan lokasi lain di Timur Tengah.