Sementara itu media Israel menyatakan dampak parah jika fasilitas nuklir Dimona benar-benar diserang Iran. Pada April lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggelar penyelidikan mengapa sistem pertahanan udaranya gagal mencegat rudal antipesawat S-200 Suriah yang masuk ke wilayah udara Israel lalu meledak di udara 40 km dari fasilitas nuklir.
Rudal itu diluncurkan saaat pasukan pertahanan udara Suriah mengusir serangan udara Israel di dekat Damaskus.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengungkapkan keterkejutannya atas serangan rudal tersebut, dengan mengatakan dirinya melihat hasil yang berbeda.
Israel memulai pembangunan fasilitas nuklir Dimona pada akhir 1950-an diduga kuat atas bantuan Prancis. Proyek tersebut berjalan di luar lingkup regulasi dan inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Menurut intelijen AS, produksi senjata nuklir di fasilitas itu dimulai pada pertengahan 1960-an dan negara itu sudah membuat hingga 13 senjata nuklir saat Perang 6 Hari pada Juni 1967.