Serangan yang diklaim oleh ISIS itu merupakan serangan terbaru di selatan negara dengan warga mayortitas Katolik tersebut.
"Sudah jelas bahwa Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) yang memiliki hubungan dengan ISIS (Negara Islam) memiliki keinginan kuat untuk memulai serangan semacam ini," kata pejabat militer Filipina, Arvin Encinas.
Serangan itu terjadi kurang dari satu bulan setelah bom mobil meledak di pos pemeriksaan militer di Basilan yang menewaskan 10 orang. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman itu.
Ledakan terbaru ini menyusul kebijakan terbaru pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang memberlakukan hukum untuk menciptakan otonomi yang lebih besar bagi minoritas Muslim di selatan dan yang diharapkan dapat membantu mengakhiri konflik.