Dengan adanya keputusan tersebut, dia bisa dibebaskan setelah 18 Februari nanti, sesuai dengan peraturan Departemen Pemasyarakatan Thailand. Sampai berita ini ditulis, pengacara Thaksin belum menanggapi panggilan telepon dari wartawan yang meminta komentar atas pembebasan kliennya itu.
Meskipun diberikan pembebasan bersyarat, mantan pemimpin Thailand itu masih bisa ditahan di kemudian hari. Sebab, jaksa penuntut umum mempertimbangkan untuk menuntutnya karena menghina monarki dalam wawancara pada 2015.
Kembalinya Thaksin tahun lalu bertepatan dengan terpilihnya sekutu sekaligus pendatang baru di bidang politik, Srettha, sebagai perdana menteri pada hari yang sama. Hal itu menambah spekulasi bahwa kedua perkembangan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan di balik layar antara Thaksin dan musuh-musuh kuatnya di kalangan militer royalis Thailand.
Sekutu Thaksin dan pemerintah, yang dipimpin oleh Partai Pheu Thai yang didukung Shinawatra, menolak asumsi tersebut.
Pada malam pertamanya di penjara, Thaksin dipindahkan ke rumah sakit polisi, dan dokter mengatakan dia mengalami sesak di dada dan tekanan darah tinggi.