Medvedev secara spesifik menyebutkan poin “g” paragraf 19 yang membahas respons nuklir terhadap serangan senjata konvensional.
Putin adalah pengambil keputusan terkait persenjataan nuklir Rusia. Akan tetapi, para diplomat mengatakan pandangan Medvedev memberikan indikasi pemikiran agresif di kalangan petinggi Kremlin yang menganggap perang tersebut sebagai perjuangan eksistensial melawan Barat.
Kritikus Kremlin telah mengabaikan beberapa ancaman nuklir Medvedev di masa lalu sebagai upaya untuk menarik perhatian atau menghalangi Barat memasok lebih banyak senjata ke Ukraina. Amerika Serikat dan sekutunya telah menjanjikan hampir 250 miliar dolar AS bantuan militer dan dukungan lainnya kepada Kiev.
Risiko eskalasi nuklir telah membayangi perang Ukraina sejak Rusia mengirim ribuan tentara ke negara tetangganya pada Februari 2022. Washington DC pun mengkhawatirkan eskalasi nuklir Rusia pada akhir 2022.
Rusia dan Amerika Serikat sejauh ini menjadi kekuatan nuklir terbesar di dunia. Sebagai informasi, Putin mengendalikan 5.889 hulu ledak nuklir, sedangkan Presiden AS Joe Biden mengendalikan sekitar 5.244 hulu ledak nuklir, menurut Federasi Ilmuwan Amerika.
Medvedev menyebut dirinya sebagai seorang modernisator liberal ketika menjadi presiden Rusia periode 2008-2012. Namun, kini dia menampilkan dirinya sebagai salah satu tokoh garis keras anti-Barat di Kremlin.