"Pertama-tama, saya ingin berterima kasih kepada Presiden Trump karena telah memberikan tarif yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara tetangga kami dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Trump atas intervensi mulianya untuk gencatan senjata dan perdamaian," kata Chanthol.
Jika AS mempertahankan tarif 49 atau 36 persen, lanjut dia, industri paling vital Kamboja akan runtuh. Dia merujuk pada sektor manufaktur garmen dan alas kaki, penggerak ekonomi terbesar negara berpenduduk 17,6 juta jiwa itu.
"Orang-orang akan pergi ke Indonesia, Vietnam, perbedaan 16 persen sangat besar. Kami bisa hidup dengan (selisih) 5 persen, berapa pun di sekitar itu. Kami sangat berterima kasih, karena telah melindungi industri kami dan para karyawan," ujarnya.