Sehari sebelumnya, di Istanbul, Turki, sebuah pesawat kargo Boeing 767 milik FedEx mendarat di hidungnya setelah roda pendaratan depannya gagal terpasang. "Peristiwa semacam itu sangat jarang terjadi dalam perjalanan udara," tutur pakar penerbangan Bertrand Vilmer.
AFP pada Jumat (10/5/2024) melansir, para ahli penerbangan biasanya mencari tiga kemungkinan penjelasan atas berbagai kasus yang menimpa pesawat Boeing tersebut. Sebagian dari mereka menduga, bisa jadi ada cacat desain seperti dua kecelakaan fatal jet 737 MAX pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Ethiopia. Kedua insiden itu diketahui melibatkan cacat pada sistem stabilisasi penerbangan (MCAS).
Berikutnya, para pengamat penerbangan juga cenderung merujuk pada cacat produksi sebagai kemungkinan penyebab insiden Alaska Airlines, yang melibatkan Boeing 737 MAX 9 yang baru dikirim pada Oktober lalu. Laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) yang diterbitkan pada Februari menemukan bahwa empat baut yang berfungsi untuk membantu mengamankan panel kabin yang meledak di pesawat itu ternyata telah hilang.
Sementara kemungkinan penyebab ketiga adalah pemeliharaan yang tidak memadai. Meskipun desain dan produksi menjadi tanggung jawab produsen pesawat, tugas untuk merawat dan menjaga kendaraan tersebut adalah urusan masing-masing maskapai setelah mereka membeli atau menerimanya.
"Setelah pesawat dikirimkan, Boeing tidak lagi melakukan apa pun terkait pemeliharaannya," kata pengamat penerbangan dari AeroDynamic Advisory, Richard Aboulafia.