TEHERAN, iNews.id - Konflik antara Israel dan Iran kembali memunculkan kekhawatiran tentang penggunaan senjata berbahaya di Timur Tengah. Salah satu senjata yang mungkin digunakan dalam serangan udara Israel terhadap Iran adalah amunisi berbahan uranium terdeplesi (depleted uranium/DU). Senjata kontroversial ini identik dengan daya hancur tinggi dan dampak lingkungan jangka panjang.
Meski belum ada konfirmasi resmi, spekulasi ini mencuat setelah laporan tentang kehancuran masif pada bunker dan fasilitas bawah tanah Iran yang diperkuat sistem pelindung canggih. Amunisi konvensional biasa dinilai tak cukup kuat menembus target semacam itu.
Uranium terdeplesi adalah sisa limbah dari proses pengayaan uranium. Artinya, kandungan uranium-235, isotop yang digunakan untuk bahan bakar atau senjata nuklir, telah dikurangi secara signifikan. Meski kandungan radioaktifnya lebih rendah dari uranium alami, DU tetap berbahaya karena bersifat toksik dan memiliki sifat radioaktif dalam jangka panjang.
Namun, kelebihan utama DU dalam konteks militer bukan pada sifat nuklirnya, melainkan kepadatannya yang sangat tinggi. DU jauh lebih padat dibandingkan timbal, sehingga sangat efektif untuk digunakan sebagai peluru penetrator dalam amunisi antitank dan penghancur bunker.