Israel, seperti Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara NATO lainnya, diketahui memiliki teknologi peluru dan bom penembus lapis baja berbahan uranium terdeplesi. Peluru jenis ini sangat efektif dalam menghancurkan kendaraan tempur, bunker bawah tanah, dan target berlapis perlindungan berat.
Dalam konflik Israel-Iran yang melibatkan serangan ke fasilitas bawah tanah Iran, DU disebut-sebut sebagai salah satu jenis amunisi yang mungkin digunakan. Serangan udara yang meratakan sebagian instalasi militer Iran memunculkan dugaan bahwa amunisi penetrator DU atau bom bunker-buster canggih seperti GBU-28 atau GBU-57 (MOP) digunakan.
Jika benar Israel menggunakan amunisi berbasis uranium terdeplesi dalam serangannya ke Iran, hal ini bisa menandai peningkatan dramatis dalam skala dan intensitas konflik. Selain itu, penggunaannya berpotensi memperkeruh citra Israel di mata komunitas internasional dan menimbulkan ketegangan diplomatik tambahan.
Iran sendiri kemungkinan besar akan menyoroti isu ini dalam forum global, terlebih jika dampak lingkungannya mulai dirasakan di wilayah sipil.
Uranium terdeplesi adalah senjata yang ampuh namun menyimpan risiko besar, bukan hanya dari segi militer, tapi juga lingkungan dan kesehatan jangka panjang. Isu penggunaannya dalam konflik Israel-Iran mencerminkan betapa cepatnya eskalasi militer bisa melibatkan teknologi berbahaya, dan menegaskan perlunya pengawasan ketat terhadap penggunaan senjata jenis ini.