Mahmud merupakan sosok paling dicari terkait upaya perebutan Marawi oleh kelompok Abu Sayyaf. Ia merupakan tokoh penting dalam pendanaan.
Beberapa pengamat bahkan mengatakan bahwa Mahmud bisa saja menjadi kepala ISIS di Asia Tenggara setelah tewasnya Isnilon Hapilon pada awal pekan ini. Hapilon tewas bersama Omar Maute dalam pertempuran pada Senin lalu di Marawi. Selain militan dari Filipina dan Malaysia, kelompok itu juga beranggotakan loyalis ISIS dari Indonesia, Singapura, dan Timur Tengah.
Mahmud sendiri pernah mengenyam pendidikan di Pakistan sebelum pindah ke Afghanistan. Ia belajar membuat bom di kamp Al Qaeda di Afghanistan. Setelah pulang kampung, ia meninggalkan Malaysia pada 2014.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 30 teroris masih bertahan pascapertempuran pada Senin lalu. Selain itu ada 20 sandera yang ditahan, di mana enam sampai delapan di antaranya merupakan warga asing.
Konflik di Marawi merupakan ujian keamanan terberat yang dialami Filipina sejak beberapa tahun terakhir. Pertempuran pecah pada 23 Mei yang membuat Duterte menetapkan darurat militer di seluruh Mindanao.
Konflik semakin membara apalagi setelah pemerintah memutuskan menolak bernegosiasi dengan teroris, sekalipun orangtua pimpinan teroris Abdullah dan Omar Maute yakni Farhana dan Cayamora, ditangkap. Abdullah dilaporkan sempat menawarkan menukar orangtuanya dengan sandera Chito Suganob. Namun Cayamora yang ditahan di special intensive care area di Camp Gabong Diwa, Tuguig, meninggal pada Agustus lalu akibat sakit parah. Akhirnya Suganob berhasil dibebaskan pada awal September setelah disandera selama empat bulan.