Pada Sabtu lalu, salah satu pelajar di kampus tersebut meluncurkan petisi yang mengatakan bahwa keputusan kampus "tidak adil".
"Kampus harus tetap berkomitmen untuk memprioritaskan pendidikan di atas ekonomi," bunyi petisi tersebut.
Dalam petisi itu telah terkumpul lebih dari 5.300 tanda tangan, melebihi target awalnya, yakni 5.000 tanda tangan.
Aidan Brooke, yang memulai petisi, mengatakan keputusan itu bertentangan dan akan merampas kesempatan bagi para pelajar di masa depan untuk belajar Bahasa Indonesia.
"Gagasan menghilangkan (mata kuliah Bahasa) Indonesia di kampus di ibu kota negara di saat PM (Morrison) berbicara di Indonesia tentang pentingnya hal itu, tampaknya salahm" katanya.