Selain guru, junta militer juga menskors 19.500 staf perguruan tinggi.
Pendaftaran untuk tahun ajaran baru di Myanmar dimulai pekan depan. Sementara kegiatan sekolah bakal dimulai pada Juni. Akan tetapi, beberapa orang tua mengatakan, mereka juga berencana untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka sebagai bentuk protes terhadap kudeta.
“Saya tidak akan mendaftarkan putri saya karena saya tidak ingin memberikan pendidikannya dari kediktatoran militer. Saya juga mengkhawatirkan keselamatannya,” kata salah satu orang tua, Myint (42), yang memiliki putrinya berusia 14 tahun.
Aksi mogok belajar juga terjadi di kalangan mahasiswa. Mereka berencana untuk memboikot perkuliahan pada tahun akademik baru.
“Saya hanya akan kembali ke kampus jika kita mendapatkan kembali demokrasi,” kata salah satu mahasiswa bernama Lwin.