WASHINGTON, iNews.id - Konflik Amerika Serikat (AS) dengan Venezuela memanas. Ajudan Presiden Donald Trump, Stephen Miller, menyebut seluruh minyak Venezuela adalah milik AS. Miller beralasan program nasionalisasi industri perminyakan Venezuela sebagai pencurian.
Komentar tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai tujuan utama serangan AS terhadap perahu-perahu yang dituduh membawa narkoba di Laut Karibia. Banyak pihak mempertanyakan, alasan itu dibuat-buat untuk tujuan lain, yakni menggulingkan Presiden Nicolas Maduro dan merampas sumber daya alam Venezuela.
“Keringat, kecerdasan, dan kerja keras Amerika menciptakan industri minyak di Venezuela,” tulis Miller, dalam posting-an di media sosial, dikutip Kamis (18/12/2025).
Dia mengklaim, pengambilalihan itu merupakan pencurian kekayaan dan properti Amerika terbesar yang pernah tercatat. Aset yang dijarah tersebut digunakan untuk mendanai aktivitas terorisme dan membanjiri AS dengan pembunuhan, tentara bayaran, dan narkoba.
Perusahaan AS dan Inggris terlibat dalam eksplorasi minyak Venezuela di masa awal. Namun minyak yang dieksplorasi tetap milik negara Amerika Latin itu berdasarkan prinsip hukum internasional tentang kedaulatan permanen atas sumber daya alam.
Venezuela menasionalisasi sektor minyaknya pada 1976 di bawah kendali perusahaan milik pemerintah, PDVSA. Kemudian, pada 2007, mendiang Presiden Hugo Chavez menasionalisasi proyek-proyek minyak asing yang tersisa di Venezuela yang secara efektif menggusur raksasa minyak AS seperti ConocoPhillips dan Exxon Mobil.
Perusahaan-perusahaan AS mengajukan gugatan hukum untuk melawan proses pengambilalihan tersebut. Pada 2014, pengadilan arbitrase Bank Dunia memerintahkan Venezuela untuk membayar Exxon Mobil 1,6 miliar dolar AS dan hingga kini proses hukumnya masih berlangsung.
AS menjatuhkan sanksi terhadap PDVSA pada 2019, saat bawah kepemimpinan Trump.