Pfizer, yang juga disebut vaksin mRNA, mengandung kode genetik untuk melatih sistem kekebalan tubuh mengenali protein yang dihasilkan permukaan virus. Sementara vaksin Sinopharm mengandung virus tidak aktif untuk mengajari sel tubuh manusia untuk melindungi diri dari corona.
Negara Teluk lainnya, Uni Emirat Arab, sebelumnya juga menawarkan suntikan Sinopharm ketiga bagi kelompok rentan guna memberikan perlindungan lebih. Bahrain dan UEA mengandalkan vaksin China tersebut saat awal kampanye vaksinasi.
Pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China pada April lalu mengakui vaksin yang diproduksi negaranya menawarkan perlindungan yang rendah terhadap virus. Upaya kini telah dilakukan untuk meningkatkan kemanjuran, termasuk menggabungkan produk yang ada.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan izin penggunaan darurat kepada Sinopharm pada Mei yang membuka jalan bagi negara-negara berkembang mendapatkannya melalui program vaksin Covax.