Penelitian sebelumnya pada Januari memperkirakan kebakaran telah menewaskan satu miliar satwa di New South Wales dan Victoria. Dua negara bagian itu adalah wilayah yang paling terpukul akibat bencana karhutla di Australia.
Akan tetapi, survei yang dirilis pada Selasa (28/7/2020) ini adalah studi pertama yang mengupas dampak kebakaran hutan di seluruh Benua Australia, kata Lily van Eeden dari University of Sydney, yang memimpin penelitian itu. Hasil survei tersebut secara utuh masih dalam proses. Menurut rencana, laporan akhir akan dirilis akhir bulan depan.
Kendati demikian, para peneliti memastikan, jumlah 3 miliar satwa yang terkena dampak kebakaran hutan di Australia itu tidak akan mungkin berubah. “Temuan sementara itu mengejutkan,” kata CEO World Wide Fund for Nature (WWF) Australia, Dermot O'Gorman, yang memprakarsai penelitian itu, seperti dikutip AFP.
“Sulit untuk membayangkan peristiwa lain di dunia dalam memori hidup yang telah membunuh atau menggusur banyak hewan. Ini salah satu bencana margasatwa terburuk dalam sejarah modern,” ujarnya.
Nasib koala—hewan yang begitu populer di Australia—selama kebakaran berlangsung, telah mengundang perhatian media internasional. Menurut perkiraan, ada ribuan satwa dari golongan marsupial yang tinggal di pohon-pohon itu diyakini telah musnah selama kebakaran Australia.
Laporan penelitian yang dirilis pada Selasa ini disusun oleh para ilmuwan dari Universitas Sydney, Universitas New South Wales, Universitas Newcastle, Universitas Charles Sturt, dan kelompok konservasi BirdLife Australia.Sementara, laporan pemerintah awal tahun ini menyebutkan, ada 100 spesies tanaman dan hewan asli terancam punah yang kehilangan lebih dari setengah habitatnya karena kebakaran hutan Australia 2019-2020. Laporan ini tentunya meningkatkan prospek kerugian yang jauh lebih besar.