Namun para ilmuwan membantah klaim tersebut.
"Tidak ada bukti ilmiah sama sekali untuk teori bahwa oarfish muncul di wilayah sekitar gempa besar. Tapi kami tidak dapat 100 persen menyangkal kemungkinan itu," kata penjaga Uozu Aquarium, Kazusa Saiba, kepada CNN, Senin (4/2/2019).
"Bisa jadi pemanasan global mungkin berdampak pada munculnya ikan oar atau alasan yang tidak kita sadari," ujarnya.
Mitos oarfish sebagai pertanda kehancuran memperoleh daya tarik setelah gempa Fukushima 2011 yang disusul tsunami. Bencana itu menewaskan lebih dari 20.000 orang.
Menurut Kyodo News, setidaknya puluhan oarfish hanyut ke garis pantai Jepang pada tahun sebelum bencana itu terjadi.
Saiba meragukan validitas teori yang mengaitkan oarfish dengan bencana tsunami. Saiba mengatakan, satu penjelasan ilmiah yang mungkin adalah bahwa perubahan halus pada kerak bumi di dasar laut menjelang gempa bumi mungkin menyebabkan arus yang menggerakkan dan mendorong ikan itu dari dasar ke permukaan.
Namun, Osamu Inamura, direktur Uozu Aquarium, memiliki teori yang lebih ilmiah tentang penampakan ikan langka itu di Teluk Toyama. Menurutnya, ikan oar mengikuti pergerakan pasokan makanan mereka, sejenis udang mikro.
"Ketika pasokan udang mereka naik menuju plankton pada siang hari, oarfish kadang-kadang mengikuti dan tertangkap di jaring nelayan," kata Inamura.