Mereka menyimpulkan: dari 7,6 miliar penduduk dunia, sebanyak 2,2 miliar orang pernah membantu orang asing, 1,4 miliar orang pernah menyumbangkan untuk amal, dan 1 miliar orang lainnya meluangkan waktunya untuk bekerja sukarela.
Namun apa yang menjelaskan perbedaan antara negara-negara tersebut?
Apa yang membuat orang membantu orang lain?
Selama bertahun-tahun, para peneliti menemukan berbagai teori yang berbeda tentang apa yang disebut perilaku prososial -tindakan amal yang dilakukan orang-orang untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain.
"Mengupas berbagai alasan di balik perbedaan satu negara dengan negara lain, tentu saja merupakan tugas yang rumit. Ada negara yang mencatat angka tinggi pada ketiga jenis perilaku prososial dan ada yang mencatat skor rendah pada ketiganya. Namun, ada keadaan lokal yang melemahkan kecenderungan umum ini," kata Profesor Peter B. Smith, dari School of Psychology di University of Essex di Inggris, kepada BBC.
Dalam sebuah artikel 2015 di jurnal Cross-Cultural Psychology, Smith menulis tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi dan budaya seperti kekayaan, kepercayaan, ketimpangan pendapatan, korupsi yang dirasakan, budaya dari kelompok dan agama.
Sebagai contoh: beberapa masyarakat memiliki budaya yang lebih kolektif, yang lebih menekankan pentingnya kelompok dibanding individu. Namun mereka terkadang tidak percaya pada orang luar.