Paksa Staf Ngantor Jam 3 Pagi, Ini Pembelaan PM Jepang Takaichi

Anton Suhartono
Sanae Takaichi menjadi pusat kontroversi di Jepang setelah kedapatan menggelar rapat pada pukul 03.00 bersama para ajudannya (Foto: AP)

TOKYO, iNews.id - Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menjadi pusat kontroversi nasional setelah kedapatan menggelar rapat pada pukul 03.00 bersama para ajudannya. Kejadian yang berlangsung pada 7 November itu memicu perdebatan luas soal budaya kerja ekstrem di Jepang, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran publik mengenai karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan.

Rapat dini hari yang oleh media dijuluki “sesi belajar pukul 3 pagi” itu berlangsung sekitar 3 jam dan melibatkan sejumlah staf kunci. Banyak pihak mengkritik keputusan tersebut sebagai bentuk beban berlebihan dan tidak sehat, terutama bagi staf pemerintahan yang seharusnya terlindungi dari praktik kerja ekstrem.

Pembelaan Takaichi: Mesin Faks Rusak

Di tengah kritik yang memuncak, Takaichi memberikan klarifikasi. Dia menegaskan bahwa rapat dini hari bukan agenda terencana, melainkan situasi darurat setelah mesin faks di rumahnya rusak, sehingga dia tidak bisa menerima berkas pengarahan penting untuk rapat anggaran pukul 09.00 di parlemen.

Karena itulah, katanya, dia bergegas ke kediaman dinas perdana menteri untuk memeriksa dokumen secara langsung.

Berbicara di hadapan parlemen, Takaichi mengakui bahwa tindakannya “mungkin telah menyebabkan ketidaknyamanan bagi para staf”. Namun dia menegaskan rapat tersebut perlu dilakukan untuk menulis ulang draf jawaban atas berbagai isu yang akan dibahas di parlemen.

Politisi LDP dan Pendukung Takaichi Membela

Di tengah kritik, sejumlah anggota Partai Demokrat Liberal (LDP) membela Takaichi. Mereka justru menuding anggota parlemen oposisi sebagai penyebab utama, karena menurut mereka pertanyaan yang diajukan datang terlalu terlambat sehingga memaksa Takaichi bekerja ekstra keras.

Midori Matsushima, anggota parlemen LDP, menulis:

“Bahkan seorang yang gila kerja seperti PM Takaichi pun tidak mau bekerja pukul 03.00,” ujarnya di platform X, menegaskan bahwa situasi itu murni insidental.

Yoshihiko Noda, mantan perdana menteri sekaligus pemimpin oposisi, bahkan menyebut langkah Takaichi “aksi gila”.

“Boleh saja dia bekerja, tapi tidak seharusnya menyeret orang lain. Semua orang tidur pada jam itu,” ujar Noda, mengkritik keras tindakan penerusnya.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
1 jam lalu

Jepang Heboh, PM Sanae Takaichi Paksa Staf Ngantor Jam 3 Pagi untuk Rapat

Internasional
2 hari lalu

5 Tempat Wisata di Hokkaido Jepang, Wajib Masuk Itinerary Liburan!

Seleb
7 hari lalu

Viral Raffi Ahmad Beli Tas Ivan Gunawan Rp500 Juta untuk Bangun Masjid di Yokohama

Internasional
8 hari lalu

Jepang Perang Lawan Beruang, Kerahkan Pasukan Bela Diri

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal