Jevenel tewas dalam sekejap mata. Pembunuh pun tak memberikan kesempatan Jovenel untuk mengatakan sepatah kata pun.
Martine menuduh 'musuh bayangan' yang mengorganisir pembunuhan suaminya. Tujuannya untuk menghentikan perubahan demokrasi.
"Anda tahu siapa yang sedang dilawan oleh presiden. Orang-orang ini menyewa tentara bayaran untuk membunuh presiden dan keluarganya karena proyek untuk jalan, listrik, pasokan air minum, organisasi referendum dan pemilihan, untuk penghapusan akhir transisi politik," katanya.
Martine mengatakan, pihak oposisi yang marah saat suaminya berupaya membersihkan pemerintah. Jovenel juga telah mengusulkan referendum untuk mengubah konstitusi Haiti.
Referendum, yang dijadwalkan pada 26 September bersama dengan pemilihan presiden dan legislatif, dapat menghapuskan posisi perdana menteri, membentuk kembali cabang legislatif dan memperkuat kepresidenan.
Namun para kritikus mengecam langkah itu sebagai perebutan kekuasaan.
Sebelumnya, Presiden Moise (53) tewas terbunuh dalam serangan bersenjata di Port-au-Prince oleh orang tak dikenal yang berbicara bahasa Spanyol. Sementara ibu negara, Martine Moise, yang terluka dalam serangan itu, sedang dirawat di rumah sakit.
Martine Moise lantas dipindahkan ke rumah sakit di Miami untuk perawatan lebih lanjut. Sementara, anak-anak presiden berhasil selamat.