"Pembunuhan tanpa ampun pada pekan lalu telah mengubah segalanya," kata Krammer, dalam pernyataan di Facebook, dikutip dari AFP, Senin (15/7/2019).
Kramer mengatakan, konflik ini bermula dari pembunuhan seorang anggota suku pada Juni yang memicu pembantaian perempuan dan anak-anak. Dia menggambarkan penyerangan itu sebagai pembalasan terburuk dalam sejarah Papua Nugini.
Satu peleton pasukan dan satu regu kepolisian ditempatkan di sekolah dasar setempat. Pihak berwenang juga menggunakan drone dan satelit pengawasan untuk melacak para pelaku yang melarikan diri.
Alili Urr, warga Hela yang kehilangan istri, seorang anak, dan sembilan anggota keluarga dalam penyerangan itu, mengaku tidak ingin balas dendam. Urr mendesak pihak keamanan mengambil tindakan tegas.
Selain itu dia juga meminta agar warga direlokasi sehingga terhindar dari sasaran kekerasan mengerikan.