Setelah jutaan orang turun ke jalan pada Juni, Lam menangguhkan RUU, namun tak cukup meredam kemarahan demonstran karena dipandang sekadar akal-akalan.
Para aktivis prodemokrasi tak sepakat jika Lam hanya sekadar menangguhkannya. Mereka berlalasan RUU ini bisa dibahas lagi dalam agenda legislatif yang masa jabatannya akan berakhir pada 2020.
Lam menyampaikan dia menginginkan UU ekstradisi untuk mengejar para penjahat yang memperlakukan Hong Kong sebagai tempat aman atau pelarian dari aksi kriminal mereka.
Sehari setelah dia menangguhkan RUU pada Juni, sekitar 2 juta orang turun ke jalan, rekor aksi unjuk rasa terbesar sejak 3 bulan ini.
Setelah itu Lam mengatakan bahwa RUU itu telah "mati", menekankan bahwa tidak ada kemungkinan akan diajukan kembali ke parlemen.
Tuntutan demonstran pun berkembang lebih luas, termasuk desakan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi dalam menangani massa serta pembebasan demonstran yang ditangkap.
Tuntutan lain, massa ingin warga Hong Kong dapat secara langsung memilih pemimpin mereka. Selama ini pemimpin Hong Kong dipilih langsung oleh Beijing.