BAGHDAD, iNews.id - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri Kebebasan Beragama kedua di Washington. Acara itu dihadiri organisasi internasional, pemimpin agama, pemerintah, serta aktivis sosial untuk mengatasi tantangan yang dihadapi kebebasan beragama.
Menjelang pertemuan itu, pemimpin Katolik Irak, Kardinal Louis Sako, mengaku prihatin dengan masa depan umat Kristen di negara itu. Dia mengatakan mereka menghadapi kesulitan menyusul penghancuran tanah leluhur mereka oleh militan ISIS dan meningkatnya gangguan milisi Syiah yang terkait dengan Iran, di kota-kota mereka.
Pimpinan Gereja Katolik Khaldea, Kardinal Louis Sako, mewakili sekitar dua pertiga komunitas Kristen di Irak. Komunitas yang dulunya berkembang pesat ini ditemukan di seluruh negeri dan berjumlah sekitar 2 juta sebelum invasi pimpinan AS pada 2003.
Namuun, komunitas ini menyusut secara dramatis selama dekade terakhir menjadi sekitar 200.000, akibat kekerasan sektarian dan diusir oleh ISIS dari kawasan yang sudah 14 abad menjadi tanah leluhur mereka.
"Ideologi ISIS sangat kuat, bahkan di antara warga biasa karena pidato di masjid-masjid. Ini buruk, itu bertentangan dengan sifat manusia dan agama Fundamentalisme adalah tantangan terbesar saat ini. Pemerintah Irak tidak begitu kuat, mungkin akan muncul versi ISIS yang lain," kata Kardinal Sako, seperti dikutip Associated Press, Rabu (17/7/2019).