Akan tetapi, kata Vázquez, riset kali ini dapat membantu peneliti mengisi celah tentang apa yang terjadi sebelum komodo punah di benua kanguru.
“Agar komodo bisa berkembang biak dengan biawak pasir, mereka harus hidup bersama. Jadi, mereka di sini melakukan hal-hal yang komodo lakukan dan berselingkuh dengan spesies lain. Kemudian mereka (komodo) menyeberangi laut pada saat laut sedang rendah dan entah bagaimana sampai ke Indonesia tetapi punah di Australia,” klaimnya.
Dia mengatakan, keberadaan komodo di Australia hanya dapat diketahui lewat penelitian paleontologi. Hal itu dibuktikan dengan temuan fosil nenek moyang hewan itu di Queensland.
“Sementara itu, keturunan dari leluhur biawak pasir setelah jutaan tahun terdiversifikasi menjadi empat spesies yang hidup saat ini,” ucap Vázquez.
Dia mengatakan, tugas penelitian selanjutnya adalah memeriksa apakah hubungan dekat kedua spesies telah memberikan keuntungan evolusioner bagi biawak pasir. “Karena kita melihat tampilan fisik dipengaruhi oleh peristiwa hibridisasi ini, yang mengubah cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga kemungkinan ada efek positif dari hal tersebut,” ujarnya.
Ahli paleontologi dari University of Western Australia, Dr Kailah Thorn Dr Kailah Thorn, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, mengatakan bahwa studi oleh tim Vázquez menggabungkan data genetik dengan bukti dari rekaman fosil. Menurut dia, metode semacam itu bisa saja menyatukan proses evolusi yang sedikit dipahami.
“Kami tahu hibridisasi terjadi antara spesies biawak yang masih hidup. Tetapi sering kali rekonstruksi sederhana dari jalur evolusi, kami berasumsi bahwa ini tidak terjadi di masa lalu,” kata Thorn.