Sebagai respons, Starbucks menggugat serikat pekerja itu dengan tuduhan pelanggaran merek dagang, membawa-bawa nama perusahaan yang merusak reputasinya.
Serikat pekerja pun melawan dengan mengajukan gugatan balik, menuduh Starbucks mencemarkan nama baik serikat pekerja serta menyiratkan mereka mendukung terorisme dan kekerasan.
Starbucks merespons bahwa perusahaan menentang kekerasan dan membela kemanusiaan. Mereka tak mendukung Palestina maupun Israel. Aksi boikot pun menyebar ke banyak negara, termasuk di Turki. Bahkan partai berkuasa Turki AKP yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan menggelar demonstrasi di salah satu gerai Starbucks.