PARIS, iNews.id - Perundingan damai antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Negara-negara mediator, termasuk Qatar, mengakui bahwa pembahasan isu-isu paling krusial dalam proposal perdamaian Gaza belum menemukan titik temu.
Persoalan utama yang membuat negosiasi tersendat adalah soal masa depan pemerintahan Gaza dan nasib persenjataan Hamas setelah perang berakhir.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengungkap pembicaraan antar pihak masih berada pada tahap sensitif. Dia menilai, baik Israel maupun Hamas belum siap mengambil keputusan menyeluruh yang bisa mengakhiri konflik.
“Jika melakukan negosiasi paket lengkap, kami tidak akan mencapai hasil apa pun,” ujar Sheikh Mohammed, kepada The New York Times (NYT), dikutip Rabu (15/10/2025).
Pria yang juga menjabat Menteri Luar Negeri Qatar ini menjelaskan, kesepakatan gencatan senjata saat ini baru sebatas langkah awal. Masih ada sejumlah isu berat yang ditunda pembahasannya untuk tahap berikutnya, terutama soal pelucutan senjata Hamas dan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang.
Menurutnya, Hamas telah menyatakan kesediaan untuk menjalin “hubungan berbeda” dengan Israel. Namun, sikap terbuka itu tidak diikuti oleh kesiapan untuk menyerahkan senjata tanpa jaminan politik.
“Hamas terbuka untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka tidak akan menjadi ancaman bagi Israel. Namun pertanyaan besar yang belum terjawab adalah, kepada siapa mereka akan menyerahkan senjata itu?” kata Sheikh Mohammed.
Isu tersebut menjadi titik paling rumit dalam seluruh rangkaian negosiasi. Hamas menolak menyerahkan persenjataan sebelum terbentuk Tentara Nasional Palestina yang melibatkan seluruh faksi. Kelompok itu juga mengusulkan dialog nasional untuk menentukan sistem pemerintahan Gaza pascaperang.