"Kami berdiskusi sebelum kembali ke istana. Dia kemudian diangkat sebagai perdana menteri sementara," kata Azmin.
"Sekali lagi, selama periode itu, dari 24 hingga 28 Februari, kami bekerja siang dan malam untuk mendapatkan jumlah (dukungan parlemen) tersebut. Sayangnya, dia tidak bisa mendapatkan jumlah yang kuat dan hebat hingga Jumat," tuturnya, lagi.
Azmin melanjutkan, saat itu dia mengatakan kepada Mahathir, sistem demokrasi mengharuskan adanya jumlah dukungan. Di bawah UU Federal, Raja harus memutuskan siapa yang menjadi perdana menteri berdasarkan mayoritas dukungan dari parlemen.
"Akhirnya, Muhyiddin yang mendapatkan mayoritas itu. Tentu saja, kami datang sebagai pemerintahan baru, bukan melalui pemilihan namun melalui krisis politik. Tetapi krisis itu muncul karena orang ini mengajukan pengunduran diri," tuturnya.
Jika tidak mengundurkan diri, lanjut dia, Mahathir saat ini tetap menjadi perdana menteri dengan dukungan mayoritas parlemen.
Lebih lanjut Azmin mengungkapkan tetap menghormati Mahathir meski sudah berbeda kendaraan politik.
"Saya masih sangat menghormati, mencintai, dan menyayangi Mahathir. Dia merupakan negarawan. Saya mungkin tidak setuju dengan apa yang dia lakukan pada 24 Februari ketika dia mengajukan pengunduran diri tanpa memberitahukan sebelumnya," ujarnya.