"Kami berusaha sangat keras untuk memastikan bahwa Mahathir terus menjabat sebagai perdana menteri," kata Azmin.
Pertemuan untuk mendukung kembali Mahathir berlangsung di kediaman pria 94 tahun itu pada 23 Februari, dihadiri pemimpin enam partai politik kecuali dari koalisi Pakatan Harapan.
Enam perwakilan partai yakni Presiden Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) Muhyiddin Yassin, Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi, Presiden Parti Warisan Sabah Mohd Shafie Apdal, Presiden PAS Abdul Hadi Awang, kepala Gabungan Parti Sarawak (GPS) Abang Johari, dan Azmin, hadir.
Namun Mahathir menolak karena di dalamnya terdapat perwakilan UMNO, bekas partai yang menjadi naungannya di masa lalu sebelum keluar. Keesokan harinya Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri.
"Kami dilempar ke krisis politik ketika Perdana Menteri Mahathir mengundurkan diri. Jika Muhyiddin Yassin tidak bertindak dalam jendela kecil itu, orang lain bisa saja segera ke istana dan menekan untuk sehingga menjadi perdana menteri. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Satu-satunya pilihan bagi saya dan Muhyiddin saat itu adalah meninggalkan Pakatan," ujarnya.
Setelah itu Azmin dan sembilan aanggota lainnya keluar dari PKR.
Pada 24 Februari, para pemimpin partai kembali menemui Mahathir untuk menanyakan soal pengunduran dirinya serta memperjuangkan agar dia bisa kembali menjabat.