“Mereka (Rusia) itu sudah berubah. Dulu Uni Soviet yang lama secara resmi ateis. Sementara Rusia sekarang ini menjadi salah satu pendukung Agama Kristen di Eropa,” ucap Black.
“Rusia berubah dari ekonomi komunis menjadi ekonomi yang sangat kapitalis. Jadi , ada lingkungan yang sama sekali berbeda,” tuturnya.
Sayangnya, kata dia, Barat terus menggaungkan ilusinya dan menjual ide “Rusia adalah Soviet hari ini” kepada rakyat Amerika dan Eropa. Barat juga untuk terus mempersenjatai negara-negara lain dan memulai ekspansi tanpa henti ke arah timur, hingga mendekati Rusia.
Menurut Black, Barat dan Moskow semestinya dapat menandatangani perjanjian untuk menjadikan wilayah antara Jerman dan Rusia sebagai daerah demiliterisasi netral, seperti halnya Austria selama era Perang Dingin dulu.
Sayangnya, yang dilakukan Barat hari ini justru sebaliknya. NATO terus bergerak tanpa henti ke timur, sampai akhirnya wilayah penyangga terakhir, yakni Ukraina juga hendak digarap oleh aliansi tersebut. Pada saat itulah, kata Black, Presiden Barack Obama merestui penggulingan pemerintahan Ukraina yang dianggap pro-Rusia. Presiden Ukraina kala itu, Viktor Yanukovych, dilengeserkan lewat aksi massa yang disebut-sebut dirancang oleh Barat.
“Peristiwa itu pastinya memicu perang, dan kemudian Rusia hanya bertindak defensif (mempertahankan diri) sejak itu. Mereka (Moskow) tidak dapat secara bertanggung jawab membiarkan NATO mengambil alih Ukraina,” katanya.
Dia melihat Rusia mempertaruhkan segalanya demi mencegah Kiev bergabung NATO. Sebab, Moskow khawatir, jika negara tetangganya itu jadi anggota aliansi tersebut, Barat dengan mudah dapat memutuskan kapan saja untuk menempatkan rudal nuklirnya di Ukraina. “(Sehingga Barat) dapat dengan cepat menyerang St Petersburg dan Moskow atau di (wilayah Rusia) mana pun mereka inginkan,” ujar Black.