Pernyataan Macron belakangan ini jelas memicu kemarahan Israel dengan menuduhnya memimpin perang salib melawan negara Yahudi serta memberi penghargaan kepada para pejuang Palestina yang disebut Israel sebagai teroris.
Macron juga menegaskan tidak boleh ada standar ganda dalam perang di Gaza dan Ukraina. Ini mengacu pada adanya anggapan bahwa Uni Eropa berat sebelah merespons kedua perang tersebut. Selama ini Eropa terkesan hanya memberi perhatian kepada perang di Ukraina dengan mengutuk Rusia, sementara bungkam atas pengeboman Israel di Gaza.
Prancis bersama Arab Saudi akan memimpin konferensi mengenai Palestina di Markas Besar PBB New York pada Juni mendatang. Konferensi itu akan mengeksplorasi penyelesaian damai yang mengarah pada solusi dua negara.
Macron mengatakan dia akan hadir dan telah menyarankan bahwa Prancis mungkin mengakui negara Palestina di konferensi tersebut.
Berbicara di Singapura, Macron menegaskan pembentukan negara Palestina bukan hanya kewajiban moral, melainkan syarat politik.
Dia juga mencantumkan enam syarat untuk mendirikan negara Palestina, pembebasan sandera Israel di Gaza, perlucutan senjata Hamas, pengecualian Hamas dari pemerintahan Palestina, mereformasi Otoritas Palestina di Tepi Barat, dan pengakuan Palestina terhadap negara Israel dan haknya untuk hidup dalam situasi aman, serta penciptaan arsitektur keamanan yang tidak ditentukan untuk seluruh wilayah.