Taiwan melawan balik dengan dukungan dari Amerika Serikat, yang mengirim peralatan militer seperti rudal anti-pesawat Sidewinder canggih. Bantuan itu memberi Taiwan keunggulan teknologi.
Pertempuran itu disebut Krisis Selat Taiwan Kedua. Itu merupakan terakhir kalinya pasukan Taiwan terlibat dalam pertempuran dengan China dalam skala besar.
Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taipei demi Beijing pada 1979. Namun demikian, AS tetap menjadi sumber senjata terpenting bagi Taiwan.
“Ketika Taiwan berdiri di garis depan ekspansionisme otoriter, kami terus meningkatkan otonomi pertahanan. Kami juga akan terus bekerja dengan Amerika Serikat di bidang ini,” kata Tsai.
Latihan militer China di dekat Taiwan telah menimbulkan ancaman bagi status quo di selat dan di seluruh kawasan.
"Mitra demokratis harus bekerja sama untuk mempertahankan diri dari campur tangan negara-negara otoriter", tambahnya.
Sebagia informasi, ketegangan antara Taiwan dan China telah meningkat selama sebulan terakhir setelah kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taipei. China menggelar latihan perang di dekat Taiwan untuk mengekspresikan kemarahannya atas peningkatan dukungan AS kepada pulau yang dipandang Beijing sebagai wilayah berdaulat China.