JAKARTA, iNews.id - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev kerap melontarkan pernyataan kontroversial, terutama terkait perang di Ukraina. Sekutu dekat Presiden Vladimir Putin itu beberapa kali mengancam negara-negara Barat soal penggunaan senjata nuklir.
Dalam satu kesempatan, pria yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional itu mengatakan ancaman nuklir bisa menjadi nyata jika Rusia kalah perang di Ukraina. Peringatan itu ditujukannya kepada para pemimpin NATO yang terus menerus memasok senjata ke Ukraina.
Sejak awal serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, NATO, termasuk di dalamnya Amerika Serikat (AS), sangat tegas memberikan dukungan kepada Ukraina.
Melalui laman resminya, NATO menyatakan bahwa langkah Rusia untuk menyerang Ukraina tidak beralasan dan merusak keamanan serta stabilitas internasional.
Negara-negara anggota NATO, seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Republik Ceko, Denmark, Inggris, dan Jerman, pun aktif memberikan bantuan berupa paket militer kepada Ukraina.
Dari seluruh anggota NATO, AS adalah pemberi bantuan terbanyak kepada Ukraina. Data yang dipublikasikan pemerintah AS mengungkap, total paket bantuan yang telah dikirim ke Ukraina mencapai 27,5 miliar dolar AS.
Melihat derasnya bantuan yang diberikan Barat ke Ukraina, Medvedev cukup gerah dan kerap mengeluarkan ancaman serangan senjata nuklir. Hal ini membuat ia terus menjadi sorotan masyarakat internasional.
Lantas, seperti apa profil Medvedev?
Dia lahir di Leningrad (sekarang St Petersburg), 14 September 1965, dengan nama lengkap Dmitry Anatolyevich Medvedev. Tumbuh di keluarga kelas menengah, Medvedev mudah mendapatkan akses pendidikan dan berhasil lulus dari Universitas Negeri Leningrad pada 1990.