Meski karier Hussein terus meroket, penunjukannya sebagai Wakil Presiden PLO tidak diterima dengan antusias oleh semua pihak. Kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, merespons sinis dan menyuarakan ketidakpercayaan mereka.
Pejabat senior Hamas, Bassem Naim, menyatakan bahwa rakyat Palestina tidak bisa dipaksa menerima pemimpin yang memiliki sejarah kelam dalam berhubungan dengan Israel. Mereka juga menuduh bahwa masa depan Palestina di bawah Hussein tidak akan jauh berbeda dan tetap berada dalam bayang-bayang penjajahan.
“Legitimasi hanya dipegang oleh rakyat Palestina. Perwalian atas rakyat sudah lama hilang,” kata Bassem.
Jika Presiden Abbas meninggal dunia atau mundur dari jabatannya, Hussein Al Sheikh sebagai Wakil Presiden PLO diproyeksikan akan mengisi kekosongan tersebut, termasuk kemungkinan menjadi penjabat Presiden Otoritas Palestina. Namun, ada kekhawatiran bahwa Israel akan mengeksploitasi situasi transisi ini dan membiarkan kekuasaan politik Palestina dalam kondisi vakum.
Profil Hussein Al Sheikh menunjukkan bahwa ia adalah figur penting dalam politik Palestina saat ini. Dengan pengalaman panjang, kedekatan dengan Mahmoud Abbas, dan jabatan strategis di PLO, Hussein memiliki peluang besar menjadi pemimpin Palestina berikutnya. Namun, jalan menuju kepemimpinan penuh tantangan, baik dari pihak internal seperti Hamas maupun dinamika geopolitik yang kompleks.