LONDON, iNews.id - Yulia Skripal (33), putri mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal (66), yang diserang menggunkan zat kimia beracun, menolak bantuan dari kedutaan Rusia. Dalam pernyataan terbarunya yang dikeluarkan pihak kepolisian, Yulia mengaku mendapat tawaran bantuan.
"Saya memiliki akses ke teman dan keluarga, dan saya diberitahu tentang kontak khusus saya di kedutaan Rusia yang dengan senang hati menawarkan bantuan kepada saya dengan cara apa pun yang mereka bisa. Saat ini saya tidak ingin memanfaatkan layanan mereka. Tetapi, jika saya berubah pikiran, saya tahu bagaimana menghubungi mereka," kata Yulia, seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/4/2018).
Yulia juga mengungkapkan mendapati dirinya dalam kehidupan yang sangat berbeda dari biasanya. Saat ini dia didampingi petugas khusus untuk melatih dan merawatnya.
"Saya memiliki petugas terlatih khusus, yang membantu merawat saya dan menjelaskan proses investigasi yang sedang dilakukan," kata Yulia.
Yulia diperbolehkan keluar dari rumah sakit pada Senin 9 April. Ayahnnya dalam kondisi stabil, meski masih harus dirawat intensif.
Setelah keluar dari Salisbury District Hospital, sepupu Yulia, Viktoria, menyatakan kepada kantor berita Rusia, Interfax, dirinya berencana meminta suaka politik, meskipun belum mengetahui di negara mana.
Namun Yulia mengklarifikasi bahwa pendapat dan pernyataan Viktoria tidak mewakilinya maupun Skripal.
"Saya belum cukup kuat untuk memberikan wawancara penuh kepada media, seperti yang saya harapkan. Sampai saat ini, saya ingin menekankan tidak ada yang berbicara mewakili saya atau ayah saya, tetapi kami bicara atas nama sendiri," ujar dia.
"Saya berterima kasih kepada sepupu saya Viktoria atas perhatiannya, tetapi saya minta dia tidak mengunjungi saya atau mencoba menghubungi saya untuk sementara waktu," kata Yulia, menambahkan.
Belum diketahui alasan mengapa Yulia menolak bantuan dari Rusia. Namun, setelah keluar dari rumah sakit, kedubes Rusia mendesak agar Yulia memberi bukti perkembangannya dan ayahnya serta di mana dia menetap.
Yulia dan ayahnya ditemukan pingsan di bangku pusat berbelanjaan di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret. Yulia dan ayahnya terpapar zat kimia pelumpuh saraf bernama Novichok.
Pemerintah Inggris menuduh Rusia berada di balik serangan itu, yang menyebabkan krisis diplomatik antara Rusia dan Barat. Pemerintah Rusia sendiri berulang kali membantah keterlibatannya dan menuduh Inggris membuat cerita palsu.