Jumlah korban tewas di semua kamp di Sittwe mungkin lebih dari 400 orang. Pemerintah Myanmar membatasi akses komunikasi, termasuk internet, di Rakhine sehingga sulit untuk mendapatkan informasi dengan cepat.
ARNA mengecam keras pemerintahan junta militer yang tak melakukan upaya memadai untuk menangani para korban. Tak ada manajemen bencana yang terencana untuk menyelamatkan para korban.
“Sekarang orang sangat membutuhkan air minum, obat-obatan, tempat berlindung, makanan, dan kebutuhan pokok. Kami mendesak komunitas internasional dan LSM untuk membantu mereka," demikian isi pernyataan.
Rezim militer, lanjut ARNA, harus membuka akses bagi semua lembaga kemanusiaan untuk menjangkau setiap korban tanpa diskriminasi.
Topan Mocha menghancurkan hampir semua rumah, tempat berlindung, sekolah, masjid, biara, klinik, dan semua infrastruktur di Sittwe.
Selain Sittwe, topan juga menerjang kota lain di Rakhine seperti Ponnagyan, Kyauktaw, Mrauk-U, Myebon, Pauktaw, dan Rathedaung.