JENEWA, iNews.id - Rusia prihatin dengan kerja sama pertahanan melibatkan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia (AUKUS). Kerja sama ini memungkinkan Australia mendapatkan akses teknologi dari AS dan Inggris untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir sendiri.
Pada awal pekan ini pejabat Rusia mengatakan sedang mencari informasi lebih lanjut mengenai kerja sama tersebut. Lalu pada Jumat (1/10/2021) Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov menilai kerja sama tersebut merupakan tantangan bagi kesepakatan non-proliferasi nuklir global.
“Kami juga prihatin dengan kemitraan yang akan memungkinkan Australia, setelah 18 bulan berkonsultasi serta berupaya, memiliki kapal selam bertenaga nuklir dalam jumlah cukup untuk menjadi salah satu dari lima negara teratas di jenis persenjataan ini," kata Ryabkov, seperti dilaporkan kantor berita TASS.
"Ini adalah tantangan besar bagi rezim non-proliferasi nuklir internasional," katanya, melanjutkan, seperti dilaporkan kembali Reuters.
Kerja sama tiga arah itu juga membuat marah Prancis dan memicu kekhawatiran dari China. Prancis marah karena Australia membatalkan kontrak pengadaan kapal selam bertenaga diesel-listrik yang sudah disepakati sejak 2016 untuk beralih ke AS. Sementara China curiga dengan kesepakatan itu karena diarahkan untuk melawan kepentingannya di Indo-Pasifik.
Sejauh ini baru lima negera yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir, yakni AS, Rusia, Inggris, Prancis, dan China. Menurut laporan, Australia akan membuat delapan kapal selam nuklir di galangan sendiri.