"Saya sempat mengunjungi pasar Xinfadi, jadi saya ingin memastikan bahwa saya tidak terinfeksi (Covid-19)," ujar perempuan 32 tahun bernama Guo yang tengah mengantri untuk test masal Covid-19 di stadion.
Selain di Italia, munculnya kasus baru Covid-19 juga dialami sejumlah negara di belahan bumi lainnya. Di Iran, tercatat ada 100 kasus baru virus mematikan tersebut dalam satu hari. Ini merupakan rekor infeksi terbanyak di negara Timur Tengah itu sejak 13 April lalu.
Sedangka di Italia, negara yang pernah jadi epicentrum Covid-19 di Italia pada April-Mei lalu, ditemukan ada dua cluster baru virus yang menyerang pernapasan tersebut. Roma mencatat kasus baru tertinggi dengan 109 terinfeksi termasuk lima orang tewas saat dirawat di rumah sakit. Sedangkan lima kasus terdeteksi di sebuah bangunan tempat tinggal para tunawisma.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tingkat infeksi Covid-19 di seluruh dunia belum menurun sejak diberlakukannya status pandemi oleh WHO pada Januari lalu. Jika tidak ditangani dengan maksimal maka ancaman gelombang kedua Covid-19 bisa merenggut lebih banyak nyawa.
"Tidak ada yang punya ilusi untuk seolah-olah bahwa masalah ini sudah selesai," kata Deputi Direktur WHO, Ranieri Guerra.
"Ini berarti virus itu tidak melemah daya infeksinya. Wabah mikro semacam ini tidak bisa dihindari, tetapi mereka bisa dibatasi dalam ruang dan waktu. Dan hari ini, kami memiliki alat untuk mencegah dan membatasi mereka," ujarnya.
Sampai berita ini diturunkan lebih dari tiga juta orang di seluruh dunia terinfeksi Covid-19 dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 430 ribu orang.